Rabu, 20 Januari 2016

KI DALLANG DAN MAKANAN IMPOR

BY Unknown IN No comments

Ki Dallang memang agak sedikit aneh, tidak seperti orang biasanya orang-orang biasa, menurut sebagian pendapat orang. Karena tingkahnya yang kadang aneh atau nyeleneh. Tapi karena tingkahnya yang nyeleneh dan kadang nyebelin itulah yang membuat sahabat-sahabatnya kangen dan merindukan tingkahnya. Kadang kocak, kadang marah yang tidak jelas, nyebelin, kadang ganjen, kadang susah ditebak jalan pikirannya. Tapi bagi sahabat yang lama dan memahaminya dianggap wajar.

Ki Dallang suka menghilang tiba-tiba dari rumahnya, bukan karena sakti dan keilmuannya tapi lebih cenderung mengikuti panggilan rasanya. Tiba-tiba sudah sampai Banten, Bandung, Palembang, Batam, Malaysia, Madinah, Mekkah, Surabaya, Lampung, Purwodadi, Sri Langka, kadang di atas gunung di pinggir lautan. Apa sebenarnya yang dicari?
Katanya napak tilas karena panggilan rasa, cinta budaya, cinta negerinya dalam pengabdian padaNya. Dari situlah Ki Dallang banyak belajar watak manusia atau karakter manusia.
 
Suatu saat Ki Dallang ada yang mengajak jalan-jalan ke luar negeri dan makan siang, makan siang di sebuah restoran Indonesia sederhana di Amsterdam di negeri Belanda. Dia kaget ternyata salah satu menunya ada masakan Gudeg Yogya.
Saking penasarannya Ki Dallang langsung saja pesan satu porsi.
Setelah dicicipi, percaya atau tidak, ternyata rasanya lebih enak daripada Gudeg di Yogya yang asli!
 
Lebih penasaran lagi. Maka lalu Ki Dallang menanyakan pada pelayannya:
"Mas, apa rahasianya kok Gudeg di sini rasanya lebih enak dibandingkan dengan di tempat aslinya Yogja sana ya?"
Kata pelayannya;
"Oh, itu karena Nangkanya, Mas. Di Yogya kan pakai nangka lokal. Nah kalau kami di sini memakai nangka impor," jawabnya.
Ki Dallang semakin penasaran;
"Emang Nangkanya impor dari mana?"
"Dari Yogya, Mas..."
Ooooh....begitu ya; Dalam hatinya Ki Dallang kena dah.

Hikmah cerita
  • Nikmatnya makan itu tidak tergantung menu, tempat dan mahal makanannya, tapi suasana rasa, waktu dan cara mensyukuri dan menikmati ikut menentukan.
  • Sama bentuknya bisa beda rasanya, sama bumbunya bisa beda nikmatnya kondisi waktu dan suasana bisa mempengaruhi rasa yang tepat.
  • Harga yang mahal belum tentu lebih nikmat dari harga yang lebih murah.
  • Masakan negeri orang belum tentu sesuai kebutuhan nutrisi yang diperlukan tubuh kita.
  • Menikmati makanan dalam negeri memberikan sumbangsih pembangunan dalam negeri untuk mandiri.
  • Ambilah hikmah nya yang lain untuk saling berbagi

Ditulis oleh Ki Dallang (Pengurus Padepokan Jatiwaseso)

0 komentar:

Posting Komentar