Minggu, 21 Februari 2016

KISAH NYATA : HILANGNYA DUKUH LEGETANG AKIBAT KEMAKSIATAN

BY Unknown IN No comments

Bila di rasakan melihat keadaan, mendengar informasi, membaca berita baik sosial media elektronik dan cetak tak mampu merubah keadaan harus darimana memulainya. Sungguh luar biasa manusia goblok bodoh tolol bila iman sudah tidak ada didalam dirinya. Bisa jadi begitu rasa risau galaunya Rasulullah ditengah-tengah masyarakat jahiliyah masa itu. 
Maka Rasulullah bertahanut menyendiri berpikir mendekatkan diri pada Illahi Sang Penciptanya saat itu. Yang akhirnya turunlah malaikat membawa wahyu Iqro...3x dan ayat lanjutannya.

Tak ubahnya seperti sekarang baca situasi kondisi lingkunganmu sekarang.... Apa yang engkau rasakan.... Kondisi sekarang sudah klimaks kelakuan kemaksiatan yang dilakukan umat-umat Nabi terdahulu sudah dilakukan oleh umat sekarang. Sekarang ini lagi gencar-gencarnya sosialisasi seperti jamannya Nabiyullah Luth alaihissalam. Dengan gaya baru modus dan metode menejemen yg berbeda yang lagi ramai jadi pembicaraan yaitu LGBT (Laki-laki Goblog Bego Tolol). Kalau penyakit ini tidak segera ditangani bisa jadi alam pun ikut marah. Coba kita simak kisah nyata yang terjadi belum lama.
 

KISAH NYATA MURKA ALLAH
  
Ada sekelumit kisah nyata yang pernah terjadi pada sebagian bangsa ini yang mungkin kita telah tahu. Dan sayangnya, peristiwa yang penuh dengan pelajaran ini sama sekali tidak disinggung-singgung sedikitpun didalam buku pelajaran di sekolah. Kita dan anak anak kita tidak pernah tahu jika ada suatu desa yang penduduknya nyaris sama dengan kaum Sodom Gomorah, senang bermaksiat, yang oleh Allah dikubur seluruhnya dalam satu malam hingga tidak bersisa. Satu desa bersama seluruh penduduknya lenyap dalam satu malam tertutup puncak sebuah gunung yang berada agak jauh dari lokasi desa itu. Siapa yang mampu memindahkan puncak gunung itu kesuatu tempat untuk mengubur satu desa? kecuali Allah Yang Maha Kuasa.
 
Inilah kisah tentang Dukuh Legetang, yang masuk dalam wilayah Banjarnegara, Jawa Tengah. Kejadiannya di tahun 1955.

 
Dukuh Legetang adalah sebuah Dukuh makmur yang lokasinya tidak jauh dari dataran tinggi Dieng Banjarnegara, sekitar 2 km disebelah utaranya. Penduduknya cukup makmur dan kebanyakan para petani yang cukup sukses. Mereka bertani sayuran, kentang, wortel, kubis dsb.

 
Berbagai kesuksesan duniawi yang berhubungan dengan pertanian menghiasi dukuh Legetang. Misalnya apabila di daerah lain tidak panen tetapi mereka panen berlimpah. Kualitas buah dan sayur yang dihasilkan juga lebih baik dari yang lain.

Namun bukannya mereka bersyukur, dengan segala kenikmatan ini mereka malah banyak melakukan kemaksiatan. Mereka diberi rezeki yang banyak namun orang-orang tersebut akhirnya makin tenggelam dalam kesesatan.

 
Masyarakat Dukuh Legetang umumnya ahli maksiat. Perjudian di dukuh ini merajalela, begitu pula minum minuman keras. Tiap malam mereka mengadakan pentas Lengger, sebuah kesenian tradisional yang dibawakan oleh para penari perempuan, yang sering berujung kepada perzinaan. Ada juga anak yang malah melakukan kemaksiatan bersama ibunya sendiri. Beragam kemaksiatan lain sudah sedemikian parah di dukuh ini.

 
Pada suatu malam, 17 April 1955, turun hujan yang amat lebat di dukuh itu. Tapi masyarakat Dukuh Legetang masih saja tenggelam dalam kemaksiatan. Barulah pada tengah malam hujan reda. Tiba tiba terdengar suara keras seperti sebuah bom besar dijatuhkan disana, atau seperti suara benda yang teramat berat jatuh. Suara itu terdengar sampai ke desa-desa tetangganya. Namun malam itu tidak ada satupun yang berani keluar karena selain suasana teramat gelap, jalananpun sangat licin.

 
Pada pagi harinya, masyarakat yang ada disekitar Dukuh Legetang yang penasaran dengan suara yang amat keras itu barulah keluar rumah dan ingin memeriksa bunyi apakah itu yang terdengar amat memekakkan telinga tadi malam. Mereka sangat kaget ketika dikejauhan terlihat puncak Gunung Pengamun amun sudah terbelah, rompal. Dan mereka lebih kaget bukan kepalang ketika melihat Dukuh Legetang sudah tertimbun tanah dari irisan puncak gunung tsb. Bukan saja tertimbun tapi sudah berubah menjadi sebuah bukit, dengan mengubur seluruh dukuh beserta warganya. Dukuh Legetang yang tadinya berupa lembah, kini sudah menjadi sebuah gundukan tanah baru menyerupai bukit. Seluruh penduduknya mati. Gegerlah kawasan Dieng.
 
Masyarakat sekitar terheran heran. Seandainya Gunung Pengamun amun sekedar longsor, maka longsoran itu pasti hanya akan menimpa lokasi di bawahnya. Akan tetapi kejadian ini jelas bukan longsornya gunung. Antara Dukuh Legetang dan Gunung Pengamun amun terdapat sungai dan jurang, yang sampai sekarang masih ada. Namun sungai dan jurang itu sama sekali tidak terkena longsoran. Jadi kesimpulannya, potongan gunung itu malam tadi terangkat dan jatuh menimpa dukuh Legetang.
 
Siapa yg mampu mengangkat separuh gunung itu kalau bukan Allah Yg Maha Kuasa?.

Untuk memperingati kejadian itu, pemerintah setempat mendirikan sebuah tugu yang hari ini masih bisa dilihat siapapun. Ditugu tersebut ditulis dengan plat logam,

 
“TUGU PERINGATAN ATAS TEWASNJA 332 ORANG PENDUDUK DUKUH LEGETANG

SERTA 19 ORANG TAMU DARI LAIN LAIN DESA.

SEBAGAI AKIBAT LONGSORNJA GUNUNG PENGAMUN AMUN

PADA TGL 16/17-4-1955″

 
Sungguh kisah tenggelamnya dukuh Legetang ini menjadi peringatan bagi kita semua bahwa murka Allah yg seketika itu tak hanya terjadi dimasa lampau, dimasa para nabi, tetapi itupun bisa menimpa kita di zaman ini. Bahwa sangat mudah bagi Allah untuk menghukum manusia manusia lalim dan durjana dalam hitungan detik. Andaikan dimuka bumi ini tak ada lagi hamba hambaNya yang ber Doa ditengah malam memohon ampunanNya, mungkin dunia ini sudah kiamat.




0 komentar:

Posting Komentar