Saat membuat paspor Ki Dallang pagi pagi setelah solat
subuh sudah jalan menuju ke Kantor Imigrasi. Saat sampai di Kantor
Imigrasi sudah terjadi antrian panjang. Ki Dallang ikut mengantri dan
disusul peserta lain yang baru berdatangan. Antrian dibatasi pada
hitungan tertentu. Hal ini sudah dibiasakan dimana-mana. Saat di Bank,
loket pembayaran, parkiran dan lain-lain. Ki Dallang ingat masa sekolah
dasar yang telah diajarkan ketertiban melalui baris berbaris sebelum
masuk kelas. Pak Guru atau Bu Guru kelas mengawasi murid murid yang
berbaris. Apakah kebiasaan di sekolah dasar ini masih seperti masa Ki
Dallang kecil di desa terpencil ?. Apakah Pak Guru atau Bu Guru ikut
mengawasi baris berbaris siswanya? Ki Dallang juga pernah mendapatkan
cerita teman temannya yang pernah dinas di luar negeri.
Menurut cerita temannya Ki Dallang Guru di negara maju lebih khawatir jika muridnya tidak bisa mengantri ketimbang tidak bisa matematika.
Seorang guru di Australia pernah berkata :
“Kami tidak terlalu khawatir anak-anak Sekolah Dasar kami tidak pandai Matematika”. Kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.”
“Kami tidak terlalu khawatir anak-anak Sekolah Dasar kami tidak pandai Matematika”. Kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.”
Saya tanya "kenapa begitu?”
Jawabnya :
Karena kita hanya perlu melatih anak 3 bulan saja secara
intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak
hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat
pelajaran di balik proses mengantri.
Karena tidak semua anak kelak menggunakan ilmu
matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak
jadi penari, atlet, musisi, pelukis, dan sebagainya.
Karena semua murid sekolah pasti lebih membutuhkan
pelajaran Etika Moral dan Ilmu Berbagi dengan orang lain saat dewasa
kelak.
”Apakah pelajaran penting di balik budaya MENGANTRI ?”
”O banyak sekali.."
Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.
Anak belajar bersabar menunggu gilirannya jika ia mendapat antrian di tengah atau di belakang.
Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal.
Anak belajar disiplin, setara, tidak menyerobot hak orang lain.
Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang
bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang
biasanya orang akan membaca buku saat mengantri).
Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan berkomunikasi dengan orang lain di antrian.
Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.
Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.
Anak belajar disiplin, teratur, dan menghargai orang lain.
Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.
Dan masih banyak pelajaran lainnya, silakan anda temukan sendiri.
FAKTANYA di lingkungan kita yg sering terjadi.
Banyak orang tua justru mengajari anaknya dàlam masalah mengantri dan menunggu giliran, sebagai berikut :
Ada orang tua yang memaksa anaknya untuk ”menyusup” ke
antrian depan dan mengambil hak anak lain yang lebih dulu mengantri
dengan rapi. Dan berkata ”Sudah cuek saja, pura-pura gak tau aja !!”.
Ada orang tua yang memarahi anaknya dan berkata ”Dasar Penakut”, karena anaknya tidak mau dipaksa menyerobot antrian.
Ada orang tua yang memakai taktik/alasan agar
dia/anaknya diberi jatah antrian terdepan, dengan alasan anaknya masih
kecil, capek, rumahnya jauh, orang tak mampu, dan sebagainya.
Ada orang tua yang marah marah karena dia atau anaknya
ditegur gara gara menyerobot antrian orang lain, lalu ngajak berkelahi
si penegur.
Dan berbagai kasus lain yang mungkin pernah anda alami.
Yuk kita ajari anak anak kita, kerabat dan saudara untuk belajar etika sosial, khususnya ANTRI....
Ingat, budaya SUAP dan KORUPSI juga dimulai dari ogah mengantri.
Hidup tertib diperlukan di setiap saat dan dimanapun kita
berada. Tertib artinya nurut sebagaimana yang bisa kita dapatkan
pelajaran hikmah dalam mengantri. Semoga kita bisa membiasakan dan
mencontohkan hidup tertib dalam keteraturan, yang dicontohkan ketertiban
dan keteraturan alam semesta. Berputar dan beredar secara teratur
sesuai rotasi yang telah menjadi ketetapanNya.
0 komentar:
Posting Komentar